Profil Isbedy Stiawan ZS, Penyair Lampung yang Terbitkan 1000 Puisi

Lahir di Tanjungkarang, 5 Juni 1958, Isbedy Stiawan ZS sudah bersentuhan dengan puisi sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Penulis: Kiki Novilia | Editor: Ami Heppy
Dokumentasi Isbedy Stiawan ZS
Potret penyair Lampung Isbedy Stiawan ZS. 

TRIBUNLAMPUNGWIKI.COM, BANDAR LAMPUNG - Jika penyair kawakan WS Rendra diberi julukan Burung Merak, maka penyair senior Lampung Isbedy Stiawan ZS dijuluki Paus Sastra Lampung.

Lahir di Tanjungkarang, 5 Juni 1958, Isbedy Stiawan ZS sudah bersentuhan dengan puisi sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Tak berhenti sampai sana, ketika duduk di bangku sekolah menengah, Isbedy Stiawan ZS mulai mengirimkan karya-karyanya ke beberapa media lokal seperti RRI Tanjungkarang dan Pelita Press.

"Mendengar nama saya disebut di radio itu rasanya bahagia, bangga," terangnya saat ditemui Tribunlampungwiki.com, Selasa, 15 September 2020.

Cicipi Dunia Teater

Kecintaanya pada dunia sastra, mengantarkan pemilik Lamban Sastra ini masuk ke sanggar teater Ragam Budaya.

"Waktu itu SMA kelas 2," kata dia.

Di sana, Isbedy beberapa kali sempat ikut pementasan.

Hanya saja, keaktifannya di teater tak bertahan lama.

Tepat dua tahun di sana, ia pilih fokus ke penulisan puisi dan cerpen.

1000 Puisi

Potret penyair Lampung Isbedy Stiawan ZS.
Potret penyair Lampung Isbedy Stiawan ZS. (Dokumentasi Isbedy Stiawan ZS)

Merangkai puisi sejak 1978, Isbedy mengaku puisi menjadi caranya meluapkan unek-unek.

"Kalau berkecamuk di kepala bahkan sampai nggak bisa tidur, jadi harus ditulis," katanya.

Hingga kini, sudah lebih dari 1000 karya yang ia tulis.

Bahkan dalam hitungan jam, Isbedy mampu melahirkan puisi baru.

"Ketika kasus penusukan Syekh Ali Jaber itu, jam 11 malam sudah selesai," ucap dia.

Baginya, ia tak terkekang pada satu tema tertentu maka lebih leluasa dalam menulis.

Mulai dari tema sosial, cinta, maut, perlawanan, pernah ia garap.

"Ketika tahun 70-an, saya banyak menulis tentang masalah cinta, keluarga, bunga dan lain sebagainya," kenangnya.

Satu dekade selanjutnya, ia banting setir ke nuansa sufistik atau religius.

Hingga sampai di zaman Orde Baru, Isbedy mulai menggaungkan tulisan perlawanan.

"Saya berbicara tentang UBL berdarah, tragedi Semanggi, dan lain-lain," ucapnya.

Ia menambahkan, memang penentuan tema berkontribusi pada bagus tidaknya sebuah puisi.

Tetapi, kemampuan sang penyair meramu bahasa juga menjadi penentu.

"Puisi itu kan seni berbahasa, jadi bagaimana cara kita menggunakan bahasa dengan estetika," terangnya.

Ia berpesan, dalam berpuisi ada rambu-rambu yang harus diperhatikan.

"Jangan menyinggung SARA dan jangan menyesatkan," sambungnya.

Melancong hingga Belanda

Potret penyair Lampung Isbedy Stiawan ZS.
Potret penyair Lampung Isbedy Stiawan ZS. (Dokumentasi Isbedy Stiawan ZS)

Memiliki ribuan karya, Isbedy Stiawan mengaku sudah pernah keliling Indonesia.

Dari Sabang hingga Merauke pernah disinggahinya dalam rangka berpuisi.

"Yang belum ya yang kecil kecil seperti NTT," ucapnya.

Namun, ternyata tak hanya berkarya di nusantara, pada tahun 2015 lalu Isbedy juga menginjakkan kakinya ke Belanda.

Kegiatan pembacaan puisi tersebut diselenggarakan di Leiden University selama sepuluh hari.

"Saya sekalian sebulan aja di sana, sembari menulis buku puisi," katanya.

Dalam perjalanan tersebut, Isbedy tak harus merogoh kocek pribadinya dalam-dalam.

Sebab, baik Kapolda, pemerintah provinsi sampai anggota partai terang-terangan membantu pendanaannya.

Selain itu, laki-laki paruh baya ini juga sudah berkali-kali ke negara tetangga seperti Malaysia, Brunei, Thailand dan Singapura.

"Malaysia mungkin sudah 5 kali," katanya.

Cerpenis

Potret penyair Lampung Isbedy Stiawan ZS.
Potret penyair Lampung Isbedy Stiawan ZS. (Dokumentasi Isbedy Stiawan ZS)

Selain puisi, Isbedy juga eksis melalui cerpen-cerpennya.

Karyanya banyak dimuat di media-media besar seperti Kompas, Tempo, Jawa Pos dan lain-lain.

Sayangnya, intensitas pembuatan cerpen tak sebanyak puisi.

Kerumitan merangkai ide menjadi sebuah cerita yang menarik, adalah penyebab utama.

"Cerpen perlu pembendaharaan kata yang cukup banyak, sedangkan puisi kan kita memadatkan persoalan yang besar menjadi kecil," paparnya.

Ke depannya, Isbedy bertekat akan terus menggeluti kariernya sebagai seorang penyair.

Diksi-diksi indah nan bermakna sudah menyatu dalam aliran darahnya.

Biodata:

  • Nama lengkap: Isbedy Stiawan ZS
  • TTL: Tanjungkarang, 5 Juni 1958
  • Nama orang tua: Ratminah dan Zakirin Senet

Baca juga: Cintai Seni, Isbedy Stiawan ZS Sempat Cicipi Teater

Baca juga: Iswadi Pratama, Guru Akting Para Artis

(Tribunlampungwiki.com/Kiki Novilia)

Sumber: Tribun Lampung
Ikuti kami di
616 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved